JENIS-JENIS PUISI DAN MEMBACA PUISI
DI SUSUN OLEH
MISMAWATI DEWI
NIM : 312013042
DOSEN PENGASUH :
Dr. SAKDIAH WATI, M.Pd.
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah SWT, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Jenis-jenis Puisi dan Membaca Puisi, guna untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Kajian
Puisi.
Saya menyadari akan kekurangan yang ada
dalam makalah ini. Namun
setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran tentang materi yang di bahas dalam
makalah ini. Saya
juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Palembang, 15 Oktober 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang.................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................ 1
C.
Tujuan.................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
A.
Pengertian
Puisi................................................................................... 2
B.
Unsur-unsur
Puisi................................................................................ 3
C.
Striktur
Batin Puisi.............................................................................. 4
D.
Jenis-jenis
Puisi.................................................................................... 6
E.
Membaca
Puisi.................................................................................... 13
Bab III penutup
A.
Kesimpulan......................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji
dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur yang tersusun dari
unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam
unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau
ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi.
Wordworst (dalam Pradopo, 2012 : 6) mempunyai gagasan
bahwa puisi adalah peryataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan
atau diangkankan. Adapun Auden (dalam Pradopo, 2012 : 6) mengemukakan bahwa
puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur. Jadi, puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi itu merupakan rekaman
dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang
berkesan.
B.
Rumusan
1.
Apa
pengertian puisi
2.
Apa
saja unsur-unsur puisi
3.
Apa
saja jenis-jenis puisi
4.
Bagaimana
cara membaca puisi
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian puisi
2.
Menegetahui
unsur-unsur puisi
3.
Mengetahui
jenis-jenis puisi
4.
Mengetahi
bagaimana mem
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Puisi
Secara etimologis, dalam bahasa yunani kata puisi berasal
dari kata peosis yang berarti
penciptaan. Menurut Gani (2014 : 13) pencipta puisi adalah orang yang dianggap
hampir menyerupai dewa atau orang yang amat suka kepada dewa-dewa. Orang yang
seperti itu adalah orang yang berpenglihatan tajam, memiliki daya imajinasi
tinggi, orang suci. Orang tersebut sekaligus merupakan filsuf negarawan, guru,
dan orang yang dapat menembak kebenaran yang tersembunyi. Dalam bahasa Inggris,
padanan kata puisi adalah poetry yang
erat kaitannya dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Taigan, 1986) menjelaskan bahwa kata poet berarti membuat atau mencipta.
Menurut Pendopo (1987), puisi merupakan jenis karaya
sastra yang, mampu mengekspresiakn pemikiran, membangkitkan perasaan dan
merangsang imajinasi panca indra dalam susunan berirama. Shahnon Ahmad (dalam
Pradopo, 1987) menyimpulkan bahwa pada pengertian puisi terdapat beberapa unsur
yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut meliputi: emosi, imajinasi,
pemikiran, ide, nada, suara, kesan pancaindra, susunan kata, kiasan kata, kepadatan,
dan perasaan yang bercampur baur. Sedangkan Hasanuddin (2002), menyatakan bahwa
puisi merupakan peryataan perasaan yang imajinatif yaitu perasaan yang
direkakan atau diinginkan.
Puisi merupakan peryataan dari keadaan atau kualitas
kehidupan manusia (Aftarudin, 1984). Membaca puisi berarti menyelam diri
penyair samapi ke inti batinnya. Kemampuan menyelami tersebut sangat berkaitan
denagn kemapuan menempatkan diri kedalam sajak yang diabaca. Jadi, dalam seni
membaca puisi, kepada pembaca dituntut untuk menjaga adanya hubungan timbal
balik antara pembaca dengan penulis (penyair).
Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi
ungkapan perasaan penyair yang mengandung riama dan irama, serta diungkapkan
dengan pilihan kata yang cermat dan tepat. Puisi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk seni tertulis. Di dalam puisi, bahasa yang digunakan
ditata dengan sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas estetiknya. Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa, penggunaan pengulangan yang disengaja, serta
pemakaian rima-rima tertentu adalah beberapa hal yang membedakan puisi dari
karya sastra yang lain, misalnya naskah drama atau prosa. Bebrapa ahli sastra
modern mencoba mendekati puisi dengan cara yang berbeda, dan mendefinisikan
puisi sebagai perwujudan imajinasi manusia yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu, puisi juga dianggap sebagai curahan isi hati seseorang
(penyair). Curahan tersebut akan dapat membawa orang lain (pembaca) menelusuri
kedalaman keadaan hatinya.
Di dalam memahami puisi, seseorang harus mampu menemukan
tema atau permasalahan yang diangkat, perasaan penulis, dan amanat yang
disampaikan. Bebrapa hal tersebut sangat diperlukan di dalam penjiwaan puisi.
Untuk samapi kepada pemahaman tersebut dan agar tidak salah dalam mengartikan
isi puisi, kadang-kadang seseorang harus terlebih dahulu latar belakang penulis
puisi.
Membaca atau mendengar pembacaan puisi dengan penghayatan
yang sungguh-sungguh dapat meberikan pemahaman secara mendalam terhadap puisi
yang dibacakan, merasakan apa yang ditulis, mampu menyerap nilai-nilai yang
terkandung dalam puisi, dan mampu menghargai puisi sebagai karya seni dengan
keindahan serta kelemahannya.
B.
Unsur-unsur
Puisi
1.
Kata
Kata adalah unsur utama dalam pembentukan sebuah puisi.
Walaupun ada puisi yang tidak taat asas dalam penggunaan kata-kata, kata tetap
menjadi unsur utama sebuah puisi. Melalaui rangkaian kata, seorang penyair
mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan sikapnya.
2.
Larik
Larik adalah baris-baris yang membangun sebuah puisi.
Larik pada puisi mempunyai pengerian yang berbeda daripada larik sebuah pantun
atau kalimat dalam sebuah prosa.
3.
Bait
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun secara
harmonis. Biasanya bait memiliki kesatuan pemikiran tersendiri. Pada kumpulan
bait inilah biasanya terdapat kesatuan makna puisi yang bersangkutan.
4.
Bunyi
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima atau persajakan
adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata di dalam larik dan
bait. Sedangkan rima atau ritme adalah pergantian tinggi rendahnya, panjang
pendeknya, dan keras lembutnya ucapan bunyi.
5.
Makna
Makna adalah isi atau kandungan nilai yang sekaligus
menjadi pesan yang hendak disampaikan oleh sebuah puisi. Bila tidak ada makna
atau tidak bermakna, maka keberadaan sebuah puisi dipertanyakan. Unsur yang
membangun sebuah puisi, kata dan tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik
dan bait, serta penetapan riama dan irama adalah untuk mengkomunikasikan makana
puisi kepada pembaca.
C.
Struktur
Batin Puisi
a.
Tema
Tema atau idea atau gagasan dalah pokok persoalan yang
dikemukakan suatu puisi. Tema ini menduduki tempat utama di dala puisi. Hanya
ada satu tema utama di dalam satu puisi, walaupun puisi tersebut panjang atau
sangat panjang.
b.
Rasa
(Feeling)
Rasa adalah apresiasi, sikap, atau emosional penyair
terhadap pokok permasalahan yang disampaikan di dala puisi yang ditulisnya,
misalanya perasaan takjub, sedih, senang, marah, heran, gembira, tidak percaya
nasehat, dan lain-lain.
c.
Nada
(Tone)
Pengertian nada dalam struktur batin puisi mengacu kepada
sikap penyair terhadap persoalan yang dibicarakan di dalam karyanya, misalnya
menggurui, mencaci, merayu, merengek, mengajak, menyindir, dan sebagainya.
d.
Amanat
(Itention)
Amanat atau tujuan atau maksud adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh penyair, misalnya: mengharapkan pembaca marah, benci,
menyenangi sesuatu, dan berontak pada sesuatu. Pesan yang hendak disampaikan
inilah yeng mendorong proses kreatif penyair dalam menciptakan puisi.
6.
Struktur
Fisik Puisi
Struktur fisik puisi atau terkadang disebut juga dengan
metode puisi, adalah sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan
pesan yang hendak disampaikan oleh penyair untuk mengungkapakan pesan yang
hendak disampaikannya melalui puisi.
a.
Perwajahan
Puisi (Tipografi)
Perwajahan adalah penampakan sebuah puisi sebagai salah
satu dari hasil seni kreatif. Tampilan puisi tersebut dapat dicermati dalam
berbagai bentuk, misalnya: penataan bahasa, penggunaan tanda atau lambang,
pengaturan jarak bars, pengaturan letak huruf kata, kata baris, atau bait
(misalnya: padat, ketidakteraturan, atau campuran, baris puisi yang tidak selalu
dimulai denagn huruf kapital dan tidak diakhiri dengan tanda titik, dan
alin-lain).
b.
Imaji
Imaji atau daya bayang adalah kata atau susunan kata-kata
yang dapat mengungkapakan pengalaman indrawi seseorang, seperti bayangan
terhadap suatu penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan.
c.
Kata
Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang digunakan seseorang
penyair secara eksplisit dalam mengemukakan persoalan yang disampaikannya.
Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang dapat ditangkap oeh indera (dapat
dilihat atau didengar) bagi memungkinkan munculnya imaji.
d.
Bahasa
Fugurative
Bahasa figurative adalah bahasa yang penuh dengan kiasan.
Bahasa yang demikian dapat mengidupkan, meningkatkan efek, dan menimbulakan
konotasi teretentu.
e.
Verifikasi
Verifikiasi menyangkut persoalan rima, ritme, dan metrum.
Rima adalah persamaan bunyi pada sebuah puisi. Ritme adalah alunan bunyi di
dalam pembacaan suatu puisi. Metrum mengaju pada penjarakan, penghentian,
kesenyapan, dan penekanan-penekanan tertentu.
D.
Jenis-jenis
Puisi
1.
Puisi
naratif
Puisi naratif adalah jenis puisi yang mengungkapakan
suatu kisah, cerita atau pengalaman penyair.
2.
Puisi
Lirik
Puisi lirik merupakan jenis puisi yang mengungkapkan
lirik atau gagasan pribadi penyair.
3.
Puisi
Deskritif
Puisi deskritif merupakan jenis puisi yang
mendeskripsikan kesan terhadap suatu peristiwa-peristiwa, benda-benda, atau
gejala dan fonomena yang menarik perhatian penyair.
4.
Puisi
Kamar
Istilah puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca
sendirian atau dibaca dengan satu atau dua pendengar saja.
5.
Puisi
Audotorium
Puisi auditorium atau puisi mimbar adalah puisi yang
cocok dibacakan di auditorium, di atas mimbar atau di depan orang banyak.
6.
Puisi
fisikal
Puisi fisikal adalah puisi yang berisi pelukisan terhadap
kondisi yang sebenarnya.
7.
Puisi
Platonik
Puisi platonik adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal
yang bersifat keagamaan (spiritual), kebatinan, atau hal-hal yang berkaitan kejiwaaqn
(mental atau fsikologi.
8.
Puisi
metafisikal
Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis.
Jenis puisi ini akan mengajak pembaca untuk merenungkan hakikat hidup dan
kehidupan atau hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan.
9.
Puisi
Subjektif
Puisi subjektif adalah jenis puisi yang mengungkapkan
gagasan, pemikiran, perasaan, sikap, dan suasana batin penyair terhadap
persoalan yang hendak disampaikannya.
10. Puisi Objektif
Puisi objektif lebih menekankan kepada mengungkapkan
sesuatu secara apa adanya.
11. Puisi Konkret
Puisi konkret dapat diartikan sebagai puisi yang bersifat
visual. Keindahan jenis puisi ini dapat dihayati dengan cara melihat dan
mencermati secara langsung kata dan bait puisi.
12. Puisi Parnasian
Puisi parnasian adalah puisi yang penciptaannya dilakukan
dengan memptimbangkan aspek-aspek keilmuan atau ilmu pengetahuan.
13. Puisi Inspirati
Puisi inspiratif adalah jenis puisi yang diciptakan
berdasarkan mood atau passion penyai.
14. Puisi Stansa
Puisi stansa adalah jenis puisi yang terkait oleh kaidah
bentuk dan baris.
15. Puisi Demontrasi
Puisi demontrasi adalah jenis puisi yang merefleksi para
demonstran (mahasiswa dan pelajar, atau demonstran lainnya) terhadap yang
didomonkannya.
16. Puisi Famflet
Puisi famflet tidak berbeda jauh dengan puisi
demonstrasi.
17. Puisi Alegori
Puisi alegori adalah jenis puisi yang memanfaatkan cerita
sebagai sarana penyair untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya.
18. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah jenis puisi yang bertemakan kelakar,
ejekan, kritik, atau main-main.
19. Puisi Imajis
Puisi imajis adalah puisi yang sarat dengan nilai-nilai
imajinatif.
20. Puisi Diafan
Puisi diafan atau puisi polos adalah jenis puisi yang
kurang menggunakan pengimajian.
21. Puisi Prismatik
Puisi prismatik adalah jenis puisi yang menggambarkan
kemapuan penyair dalam mengekspresikan pemikiran dan perasaannya.
22. Puisi Gelap
Puisi gelap adalah jenis puisi yang terbentuk dari
dominasi majas atau kiasan sehingga menjadi gelap dan sukar ditafsirkan.
23. Puisi Lama dan Puisi Baru
a.
Puisi
Lama
Menurut Sopandi (2010 : 16) puisi lama merupakan
puisi rakyat yang tidak dikenal nama
pengarangnnya, penyampaiannya dari mulut ke mulut, sehingga sering disebut
sastra lisan. Puisi jenis ini sangat terikat oleha aturan-aturan. Aturan-aturan
itu antara lain:
1)
Jumlah
baris atau jumlah kalimat dalam setiap baitnya
2)
Jumlah
sukuakata dalam setiap kalimat
3)
Rima
atau persamaan bunyi
4)
Irama
Puisi lama berbeda dengan puisi baru, baik dari segi
pilihan kata, susunan kalimat, irama, maupun tentang pikiran dan perasaan yang
terjelma di dalamnnya, khusunya mengenai isi dan bentuk. Hal ini mengingat
kebudayaan yang melingkupinya dan masyarakat tempat kebudayaan itu tumbuh
karena setiap puisi adalah hasil dari jiwa penyair dan jiwa penyair dibentuk
oleh masyarakat pada tempat dan zamannya. Dengan demikian, puisi lama adalah
sebagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakatnya. Sebagaimana
yang dikatakan oleh St. Takdir Alisyahbana bahwa “puisi lama sebagai
perencanaan masyarakat lama” (1985 : 5)
1.
Mantera
Mantera merupakan karya sastra lama yang berisikan
pujisn-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau dekeramatkan, seperti dewa-dewa,
roh-roh, binatang-binatang atau Tuhan. Mantera biasanya diucapkan secara lisan
oleh pawang atau dukun ketika sedang mengadakan upacar keagamaan. Mantera
merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat melayu bukan sebagai bukan
sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan
kepercayaan.
Ciri-ciri mantera
a.
Bersifat
esoferik ( bahasa khususantara pembicara dan lawan bicara dan misterius)
b.
Lebih
bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris, dan
persajakan.
c.
Adanya
perulangan
d.
Berirama
akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde
e.
Bersifat
lisan, sakti atau magis
f.
Metafora
merupakan unsur penting.
2.
Gurindam
Girindam adalahpuisi lama yang berasal dari tamil
(India). Persamaan gurindam dengan pantun terletak pada isi dan tema yang
terkandung didalamnnya yaitu sama-sama mengandung nasehat, bersifat mendidik
serta banyak berisikan masalah agama, sedangkan perbedaannya hanyalah terletak pada
persajakan dan jumlah baris.
Ciri-ciri gurindam
a.
Sajak
akhir berirama a-a, b-b, c-c
b.
Isinya
merupakan nasehat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu
sebab.
3.
Syair
Syair merupakan puisi lama yang berasal dari Arab. Syair
terdiri dari empat baris dalam setiap baitnya.
Ciri-ciri syair
a.
Setiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata
b.
Bersajak
a-a-a-a
c.
Setiap
bait terdiri dari 4 baris
d.
Ini
semua tidak ada sampiran
4.
Pantun
Pantun meruapakan puisi Melayu asli yang cukup mengakar
dan membudaya dalam masyarakat. Pantun terdiri dari dari empat baris dalam
setiap baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris
ketiga dan keempat merupakan isi.
Ciri-ciri pantun
a.
Bersajak
a-b a-b
b.
Setiap
baris terdiri dari empat baris
c.
Baris
satu dan 2 sebagai sampiran
d.
Baris
3 dan 4 merupakan isi
e.
Setiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata
b.
Puisi
Baru
1.
Distikon
adalah puisi yang dalam setiap bainya berisi dua baris kaliamt bersajak a-a.
2.
Tarzina
adalah puisi tiga seuntai dalam setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat.
Tarzina bersajak a-a-a, a-b-c, a-b-b
3.
Kuatrin
adalah empat puisi seuntai yang bersajak ab/ab, aa-aa ab/ab atau aa/bb.
4.
Kuint
adalah puisi yang terdiri atas limabaris kalimat dala setiap baitnay dan
bersajak a-a-a-a-a
5.
Sektet
adalah puisi enam seuntai yang dalam setiap baitnya terdiri atas enam buah
kalimat serta mempunyai persajakan yang tidak beraturan.
6.
Septina
adalah puisi tujuh seuntai yang terdiri atas tujuh buah kaliamt dalam setiap
baitnya serta mempunyai persajakan yang tidak beraturan.
7.
Stanza
adalah puisi delapan seuntai yang terdiri atas delapan buah kalimat dalam
setiap baitnya serta mempunyai persajakan yang tidak beraturan.
Puisi baru berdasarkan isi yang terkandung di dalamnya
terdiri atas beberapa bentuk.
1.
Ode
adalah puisi yang isinya mengandung pujian kepada sesorang, bangsa dan negara,
ataupun sesuatu yang dianggap mulia.
2.
Himne
adalah puisi atau sajak pujaan, yaitu puji-pujian kepada Tuhan YME.
3.
Elagi
merupakan puisi atau sajak duka nestapa yang mengungkapkan sesuatu yang meyayat
hati, mendayu-dayu dan mengharu-biru.
4.
Epigram
adalah puisi atau sajak yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai
hidup yang baik dan benar yang dilukiskan secara ringkas.
5.
Satire
adalah puisi atau sajak yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar dan tajam suatu
kepinangan atau ketidakadialan yang ada dalam masyarakat.
6.
Romance
adalah puisi atau sajak yang berisi tentang cinta kasih.
7.
Balada
adalah puisi atau sajak yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin terjadi
atau hanya kahayalan penyairnya saja.
8.
Soneta
merupakan salah satu bentuk puisi baru yang berasal dari Italia dan masuk ke
Indonesia melalui pemuda terpelajar Indonesia yang belajar di Eropa terutama di
Belanda.
E.
Membaca
Puisi
1.
Membaca
Puisi sebagai Apresiasi Puisi
Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri sampai ke
intinya. Efendi (dalam Supandi, 2010 : 30) menyatakan bahwa apresiasi satra
adalah menggauli cipta satra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta rasa.
2 faktor-faktor penting dalam membaca pusi
a.
Jenis
acara
b.
Pencarian
puisi yang cocok dengan tema
c.
Pemahaman
puisi yang utuh
d.
Pemilihan
bentuk dan gaya mwmbaca puisi
e.
Tempat
acara
f.
Audien
g.
Kualitas
komunikasi
h.
Sentuhan
i.
Totalitas
j.
Kesuaaian
gerak
k.
Kualitas
vokal diksi
l.
Tempo
m.
Dinamika
n.
Medulasi
o.
Intonasi
p.
Jeda
pernafasan
q.
Kosentrai
2.
Bentuk
dan gaya dalam Membaca Puisi
a.
Bentuk
dan gaya membaca puisi secara poetry reading
b.
Bentuk
dan gaya membaca puisi secara deklamatoris
c.
Bentuk
dan gaya membaca puisi secara teaterikal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penulis yang
diterjemahkan dalam susunan kata-kata bentuk bait-bait berirama dan memiliki
makna yang dalam. Di dalam memahami puisi, seseorang harus mampu menemukan tema
atau permasalahan yang diangkat, perasaan penulis, dan amanat yang disampaikan.
Bebrapa hal tersebut sangat diperlukan di dalam penjiwaan puisi.
Unsur-unsur puisi meliputi kata, larik, bait, bunyi,
makna, struktur batin puisi, dan stuktur fisik puisi. Jenis-jenis puisi yaitu,
puisi naratif, puisi lirik, puisi, deskritif, puisi kamar, puisi audotorium,
puisi lama dan puisi baru, dan lain-lain.
Apresiasi satra adalah menggauli cipta satra dengan
sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran
kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo,
Rahmat Djiko. 2012. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Gani, Erizal. 2014. Kiat
Pembacaan Puisi. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Wardarita,
Ratu. Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia:
Yogyakarta : Almatera
Sopandi. 2010. Memahami
Puisi. Bogor : PT. Quadra.
luar biasa
BalasHapus